Selasa, 12 Mei 2015

STIMULASI




STIMULASI DAN INTERVENSI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun oleh :
Galih adahri
41032102141016
















DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
B.     Tujuan
BAB II
PENGERTIAN STIMULASI DAN INTERVENSI
A.    Pengertian stimulasi
B.     Beberapa teori yang erat kaitannya dengan
C.     Pengertian intervesi
BAB III
PROGRAM,TUJUAN,MANFAAT,SIAPA YANG MELAKUKAN INTERVENSI, SIAPA YANG DI INTERVENSI,SASARAN,LANGKAH DAN MODEL STIMULASI DAN INTERVENSI
A.    Program stimulasi
B.     Tujuan intervensi
C.     Manfaat intervensi
D.    Siapa yang melakukan intervensi ?
E.     Siapa yang harus diintervensi ?
F.      Sasaran stimulasi dan intervensi
G.    Langkah-langkang intervensi dan stimulasi
H.    Model-model  intervensi
BAB IV
METODE STIMULASI DAN INTERVENSI
A.    Metode intervensi
B.     Metode stimulasi
-          Karakteristik metode stimulasi
-          Prosedur
-          Prasyarat yang mengoptimalkan Pembelajaran Simulasi
-          Keunggulan
-          Kelemahan
C.     Contoh metode stimulasi
BAB V
KAITANNYA DENGAN ILMU LAIN
A.    Kaitan stimulasi dengan model pembelajaran
1.      Pengertian Model Pembelajaran Simulasi
2.      Apa Saja Tujuan Model Pembelajaran Simulasi?
3.      Apa saja Prinsip dalam Proses Pelaksanaan Simulasi?
4.      Bagaimana Kaitan  Antara Simulasi dengan Model Pembelajaran ?
5.      Apa Saja Fungsi Model Pembelajaran Sosial ?
6.      Bagaimana Aplikasi/ Penerapan Model Pembelajaran Simulasi?
7.      Bagaimana Sintak (Prosedur/ langkah - Langkah) Pembelajaran Simulasi?
8.      Apa Saja Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Simulasi?
B.     Hubungan stimulasi dan intervensi dengan deteksi dini anak berkebutuhan khusus :
C.     Adapun kaitannya dengan anak usia dini
BAB VI
SIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Tuhan menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk begitu pula penciptaan Anak yang sudah Tuhan lakukan, tak ada anak yang berbeda semuanya sama termasuk dengan anak berkebutuhan khusus.
Pada umumnya sebagian masyarakat terpaksa memilih sekolah umum karena terkait masalah biaya dan ketidaktahuan informasi sebagian masyarakat awam tentang intervensi dan Intervensi dini menjadi salah satu cara yang baiknya dilakukan orangtua pada anak mereka yang mengalami masalah atau berkebutuhan khusus. Intervensi dini biasanya dilakukan pada anak usia sekolah atau bisa juga dilakukan pada anak yang lebih kecil usianya untuk dideteksi apakah mengalami resiko kondisi perkembangan yang tidak sesuai usia atau berbagai kebutuhan khusus lainnya. Sehingga dapat memperbaiki masalah-masalah perkembangan yang ada dan mengantisipasi (sifatnya preventif).  Sikap peka orangtua sangat penting dalam  mengindetifikasi permasalahan sejak dini pada anak untuk memebangun kualitas perkembangan yang maksimal. Intervensi dini perlu dilakukan pad anak yang mengalami maasalah perkembangan. berguna meningkatkan perkembangan anak sehingga ketika anak mengalami masalah maka resiko kesempatan belajar tidak terjadi dengan kata lain, anak jadi lebih dapat fokus menerima pelajaran ( prestasi akademik membaik), kemampuan social dan bersosialisasi di masyarakat dan sekolah meningkat.
Dalam kehidupan sehari- kita sering di hadapkan pada persoalan  tentang  hambatan dan perkembangan  anak , karena setiap anak di ciptakan dengan unik. Terkadang banyak hal yang tidak di ketahui oleh orang tua tentang perkembangan anak mereka sehingga di perlukan penanganan khusus sejak dini.
Makna perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang besifat terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih komleks dan lebih berdiferensiasi (Berk, 2003). Jadi berbicara soal perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan. Pertanyaannya adalah perubahan apa saja yang terjadi pada diri seorang anak dalam proses perkembangan . Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.
Dewasa ini upaya – upaya membantu anak yang mengalami hambatan perkembangan telah mengalami pergeseran makna , pemerintah mulai menggalakan program pendidikan usia dini atau pada masa sebelum sekolah merupakan periode sampai usia 5 tahun (balita).  Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang perlu perhatian, karena awal kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan. Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak ini mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk belajar dan diperkaya. Sedangkan sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan, terutama lingkungan yang tidak mendukung, termasuk kemiskinan dan stimulasi yang kurang. Sehingga masa ini disebut juga sebagai masa keemasan (golden period), jendela kesempatan (window of oppoturnity), atau masa kritis (critical period). Pada masa emas ini lah banyak stimulus yang dapat dengan cepat di respon anak.
-          Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pa Intervensi dini
Intervensi dini menjadi salah satu cara yang baiknya dilakukan orangtua pada anak mereka yang mengalami masalah atau berkebutuhan khusus. Intervensi dini biasanya dilakukan pada anak usia sekolah atau bisa juga dilakukan pada anak yang lebih kecil usianya untuk dideteksi apakah mengalami resiko kondisi perkembangan yang tidak sesuai usia atau berbagai kebutuhan khusus lainnya.
B.TUJUAN

Tujan pembuatan buku ini yaitu selain untuk memenuhi kebutuhan tugas yang di berikan dosen,buku ini juga agar dapat memeberikan pemahaman tentang stimulasi dan intervensi ABK bagi mahasiswa pendidkan luar biasa khususnya, agar dalam proses pemberian materi ajar bagi siswa dapat di respon dengan baik oleh siswa karena sebelumnya kita telah mempelajarimemahami/menguasai materi stimulsi bagi pembelajaran  siswa .









BAB II

PENGERTIAN STIMULASI DAN INTERVENSI :

A.    STIMULASI

-          Menurut kamus psikologi, stimulasi=perangsang, pendorong, rangsangan (Kartini Kartono,Dali Gulo, 2000:486).
-          stimulus adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menjelaskan suatu hal yang merangsang terjadinya respon tertentu. Rangsang merupakan informasi yang dapat diindera oleh panca indera.
-          Teori Behaviorisme menggunakan istilah rangsang yang dipasangkan dengan respon dalam menjelaskan proses terbentuknya tingkah laku . Rangsang adalah suatu hal yang datang dari lingkungan yang dapat menyebabkan respon tertentu pada tingkah laku. Jika rangsang dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan

-          Stimulasi adalah ransangan yang dapat mempengaruhi kemampuan pengetahuan anak dalam mengembangkan aktivitas berfikir mengenai segala sesuatu yang dierap melalui panca indera. Tujuannya agar dapat berfungsinya otak secara maksimal, karena pada fase 5 tahun pertama (golden age)  adalah fase peka dalam pembentukan otak.

-          Dengan memberikan stimulasi pada periode  usia ini maka akan sangat mempengaruhi wadah pengetahuan sehingga menjadikan anak memiliki kemampuan berfikir yang luar biasa begitu pula sebaliknya.  Orangtua dan pendidik  dapat memberikan stimulasi dengan berbagai macam cara baik secara alamiah dari lingkungan sekitarmaupun di rekayasa seperti terapi behavioristik oleh Piaget . prinsipnya untuk memberikan ransangan positif , bersifat variatif .

-          Stimulasi secara alamiah dapat dilakukan anak dengan sendirinya ketika yang bersangkutan mulai belajar segala sesuatu dari awal. Misalnya belajar berjalan, makan, atau mencoba menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya.Adapun stimulasi lainnya dapat direkayasa dengan memberikan rangsangan pada setiap inderanya. Misalnya, merangsang penglihatan dengan memberikan warna yang cerah dan terang di dalam kamar tidur atau pada mainannya. Sementara itu, untuk merangsang pendengaran, dapat diberikan bunyi-bunyian berupa musik sejak bayi di dalam kandungan hingga tumbuh menjadi anak.Dalam pemilihan musik, sebaiknya orang tua lebih bijak karena musik bisa mempengaruhi IQ serta pembentukan karakter anak. Ada baiknya sejak masih di dalam kandungan anak sudah diperkenalkan dengan musik klasik.Sedangkan untuk indera perabaan, kain yang mempunyai tingkat kekasaran atau kelembutan yang bervariasi dapat dijadikan media stimulasi. Semua stimulasi tersebut dapat mengembangkan dan memperluas otak anak sebagai wadah kognitif bagi mereka sehingga dapat tumbuh menjadi individu yang cerdas.Peran orang tua sangat menentukan dalam tumbuh kembang anak. Selain itu, agar anak tidak hanya cerdas dalam hal pengetahuan, pendidikan agama dan moral juga harus distimulus sedari dini.


B. BEBERAPA TEORI YANG ERAT KAITANNYA DENGAN STIMULASI :

1.Nativisme

Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak  didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Tokoh utama (pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860). Tokoh lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis. Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.



2.Empirisme

Aliran empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri = pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi yang dibawa lahir manusia. Dengan kata lain bahwa manusia itu lahir dalam keadaan suci, tidak membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini, seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan peserta didiknya.
Menurut Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini berpandangan behavioral, karena menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah lingkungan sekitarnya. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak pendidik dalam mengajar mereka.
3.Konvergensi

Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakal untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.
Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia  disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi seorang anak yang memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti bahwa dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme dan konvergensi, dikaitkan dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah disebutkan  (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya ekstrim berat sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada umumunya diterima seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu.
Keberhasilan teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran dalam pendidikan, diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran lainnya. Menurut aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan, sedangkan menurut aliran empirisme bahwa justru lingkungan yang mempengaruhi peserta didik tersebut. Selanjutnya menurut aliran konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa sejak lahir saling memengaruhi.

C. INTERVENSI:

-          Intervensi adalah upaya untuk mengubah perilaku, pikiran, atau perasaan seseorang (Markam, 2003). dapat dilakukan oleh profesional/ terapis bidang lain (tidak harus  psikolog) à misal: iklan.

-          Istilah intervensi secara umum adalah upaya untuk merubah perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya dilakukan oleh psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu intervensi dalam konteks hubungan professional antara psikolog dan pasien adalah psikoterapi. Makalah ini akan membahas gambaran umum mengenai definsi psikoterapi, tujuan psikoterapi, bentuk-bentuk psikoterapi, dan penegakan dalam psikoterapi.

-          Intervensi diartikan segala langkah dan tindakan yang lebih baik dari cara-cara yang bersifat konvensional;sehngga kadang – kadang hanya tampak sebagai prinsio – prinsip umum yang berlaku dalam berbagai situasi,Smith et al (1976). Interveni dapat memperbaiki masalah-masalah perkembangan yang ada dan mengantisipasi (sifatnya preventif). Intervensi bisa dilakukan bila telah diadakan identifikasi. Untuk itu, perlu diadakan observasi, dilakukan oleh beberapa profesional dari segala sisi disiplin ilmu – untuk menentukan jenis intervensi yang akan dilaksanakan. Semua langkah intervensi harus dilaksanakan konsisten, perlu waktu sehingga memerlukan kesabaran dari orangtua. Apa pun intervensi yang telah disepakati, biasanya memerlukan waktu dan perlu persiapan mental dari semua pihak. Konsistensi, kesabaran dan berdoa adalah hal utama yang harus dimiliki dan dilakukan orangtua sebagai faktor utama keberhasilan intervensi.

-          Menurut penulis , Intervensi dini adalah menelaah hambatan atau perkembangan anak pada usia dini, antara 0-2 tahun. Meneliti sejauh mana perkembangan anak ini masih masuk dalam kategori normal atau diluar dari yang normal. Secara psikologi, patokannya dapat dilihat dari bagaimana anak berinteraksi dengan orangtua, anak cepat tanggap merespon pada instruksi yang diberikan oleh orangtua. Juga dapat dilihat, apakah anak aman atau tidak, anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan sejauh mana perkembangan pertumbuhan anak. Identifikasi dan intervensi sangat penting dalam hal membantu meningkatkan dan mempertahankan kehidupannya. Setiap anak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya namun itupun di sesusaikan dengan kondisi phsikisnya

-          Intervensi : Campur tangan, yaitu campur tangan kepada fihak lain dengan tujuan tertentu.Penanganan/layanan terhadap anak yang mengalami resiko hambatan perkembangan dalamaspek motorik, komunikasi dan bahasa, sosial emosi, kognisi, dan persepsi-sensori.

-          Intervensi lebih ditekankan kepada anak yang mengalami hambatan perkembangan merupakan upaya/bantuan yang diberikan kepada anak yang mengalami hambatan perkembangan(ABK).

-          Intervensi dini: Program pembelajaran/latihan yang dilakukan terhadap anak usia lima tahun ke bawah, yangdiduga mengalami resiko hambatan perkembangan (disability).

-          Intervensi klinis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan klinisi untuk mengubah perilaku atau keadaan sosial dengan sengaja sesuai tujuan yang dikehendaki (Nietzel, 1998). Bentuk intervensi klinis: psikoterapi, rehabilitasi psikososial, & preventif.





Ada beberapa bentuk intervensi klinis :

1.        REHABILITASI PSIKOSOSIAL

a.       Alternatif intervensi yang berusaha memberikan informasi bagi keluarga/ pasien mengenai masalah/ gangguan yang dialami; membantu pasien memahami, mengurangi/ mencegah munculnya masalah terkait dengan situasi sosial;  atau membantu pasien menormalkan/ mengoptimalkan kembali kualitas hidup mereka terutam di lingkungan sosial.
b.      Contoh rehabilitasi psikososial:
Melatihkan coping stress pada mantan pecandu narkoba; terapi okupasi pada penderita skizofrenia residual; melatihkan pada keluarga penderita skizofrenia mengenali simtom psikotik.

 2.       INTERVENSI PREVENTIF

Caplan (1964), membagi level (3) pencegahan pada masalah kesehatan mental:
a.     Pencegahan Tersier
Usaha mencegah konsekuensi jangka panjang ataupun jangka pendek dari keparahan gangguan yang dialami penderita. Rehabilitasi psikososial à salah satu contohnya.
b.     Pencegahan Sekunder
Usaha pencegahan pada kelompok individu beresiko (high risk population). Level ini akan efektif apabila: menangani faktor pengetahuan pada kelompok resiko tertinggi pada gangguan secara spesifik; penanganan pada kelompok beresiko yang paling mudah dijangkau.
Tujuan: memberikan pengetahuan kepada kelompok beresiko, screening awal, imunisasi/ vaksinasi.
Misal: pembinaan reproduksi sehat pada calon TKW, imunisasi polio pada balita.
c.      Pencegahan Primer
Usaha yang dilakukan untuk mengurangi/ membatasi laju timbulnya gangguan dengan melakukan modifikasi lingkungan atau memperkuat individu agar terhindar menjadi resiko tinggi. Subjeknya komunitas umum.
Tujuan:  Melawan faktor resiko (counteracting risk facto
Memperkuat faktor pengaman (reinforcing protective factor)
Misal: Konseling pra-nikah, penyuluhan anti-flu burung. (Coie, dkk, 1993).
Lima metode dalam level pencegahan primer :
1)      Meningkatkan kelekatan yang aman & mengurangi kekerasan dalam rumah tangga.
2)      Mengajarkan keterampilan kognitif & sosial.
3)      Merubah lingkungan menjadi lebih mendukung berkembangnya perilaku adaptif.
4)      Meningkatkan keterampilan dalam mengelola stres
5)      Mempromosikan pemberdayaan kelompok masyarakat, dengan membantu masyarakat mengendalikan & mengurangi resiko berkembangnya gangguan mental (perubahan sosial)
Misal: mengatasi kemiskinan, mengatasi bayi lahir dengan cacat fisik, memberikan kesempatan yang sama bagi etnis minoritas.

3.       PSIKOTERAPI

Psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan (treatmen) terhadap permasalahan yang sifatnya emosional, dimana seorang terapis secara sengaja membina hubungan profesional dengan klien, dengan tujuan menghilangkan, mengubah, atau memperlambat simtom untuk menghilangkan pola perilaku terganggu, serta meningkatkan perkembangan pribadi ke arah yang positif (Frank, dalam Nietzel, 1998).


a.       Tujuan Psikoterapi
Tujuan umum suatu  aktifitas psikoterapi adalah untuk melakukan perubahan positif terhadap klien atas gangguan yang dialaminya. Tujuan psikoterapi dari berbagai pendekatan, menurut Ivey, dkk (1987) dan Corey (1989)Piskoterapi Psikodinamika menurut Ivey membuat suatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Merekonstruksi kepribadian terhadap kejadian masa lalu dan menyusun kepribadian yang baru melalui konflik.
1.      Psikoterapi Rogerian menurut Corey klien dapat mengekplorasi diri dengan stimulus rasa aman dan bebas sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya terhambat
2.      Eksistensialis Humanistic menurut  Corey adalah membantu seseorang untuk mengetahui kebebasannya dan menyadari kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki untuk merangsang mereka terhadap kejadian-kejadian yang terjadi pada mereka sebelumnya.
3.      Behavioristik menurut Ivey upaya untuk menghilangkan kesalahan dalam berperilaku dan menggantinya dengan perilaku yang lebih sesuai.
4.      Gestalt menurut Ivey bertujuan agar seseorang lebih menyadari kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
5.      Terapi Realitas menurut Corey membantu  seseorang agar lebih efektif dalam memenuhi kebutuhannya serta mampu untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa seberapa jauh tindakannya berhasil

b.         Bentuk Psikoterapi

Model – model terapi berdasarkan subyek
1.      Terapi kelompok, menentukan pentingnya hubungan interpersonal dan asumsi bahwa ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri, faktor-faktor yang ada dalam terapi kelompok: sharing informasi baru, membangkitkan harapan, universalisme, altruism, belajar secara interpersonal, recapitulation of the primary family, kohesivitas kelompok
2.      Terapi perkawinan, memfokuskan pada hubungan interpersonal yang dialami oleh suami istri.
3.      Terapi keluarga, diikuti oleh semua anggota keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi keluarga itu sendiri dan fungsi individual angaota-anggotanya, meliputi prinsip:
a.       Cicural causality, situasi berhubungan dan tergantung satu sama lain
b.      Ekologi, system hanya dapat dipahami sebagai pola yang terintegrasi, bukan bagian-bagian dari komponen.
c.       Subyektifitas, tidak ada pandangan yang obyektifitas atas situasi, hanya persepsi subyektif yang disaring oleh pengalaman individu
                        Berdasarkan fungsinya:
a.       Prevensi, usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, missal : konseling perkawinan, relaksasi untuk kelompok yang mudah stress
b.      Kurasi, usaha yang dilakukan untuk tujuan penyembuhan, missal : terapi untuk orang yang mengalami phobia.
c.       Promosi, usaha yang diberikan untuk meningkatkan kondisi yang mungkin sudah baik, missal : penerapan HBM

kesimpulan dari intervensi klinis yaitu :

Intervensi Psikologi Klinis adalah upaya untuk merubah perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya dilakukan oleh psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu intervensi dalam konteks hubungan professional antara psikolog dan pasien adalah psikoterapi. Bentuk-bentuk intervensi klinis diantaranya adalah rehabilitasi psikososial,intervensi preventif dan psikoterapi.
Dalam Psikoterapi terdapat tiga pendekatan utama yaitu psikodinamika,pendekatan Behavior dan cognitive Behavior ,dan terakhir adalah Psikoterapi Humanistik-Eksistensial, yang berbeda dalam konsep mengenai perkembangan kepribadian dan psikopatologi . Alur umun dalam Intervensi Psikologi Klinis meliputi pertemuan awal,assessment,tujuan dari intervensi,implementasi terapi,pelaksanan,dan evaluasi.




BAB III

PROGRAM,TUJUAN,MANFAAT,SIAPA YANG MELAKUKAN INTERVENSI, SIAPA YANG DI INTERVENSI,SASARAN,LANGKAH DAN MODEL STIMULASI DAN INTERVENSI

A.    PROGRAM STIMULASI:

Program yang diberikan kepada anak atau kelompok anak, baik yang diduga mengalami
resiko hambatan perkembangan maupun yang tidak mengalami resiko hambatan (disability).

B.     TUJUAN INTERVENSI DINI:

Meningkatkan dan mengoptimalkan perkembangan anak yang mengalami hambatan;
Memberikan dukungan dan bantuan kepada orangtua dan keluarga;
Memaksimalkan peran keluarga dan atau orangtua dalam melayani dan menangani anaknya
yang mengalami hambatan dalam perkembangan.
C.     MANFAAT INTERVENSI
Manfaat intervensi dini sangat penting karena pendidik mampu menyesuaikan dengan kebutuhan anak secara individual. Intervensi dan pendidikan memberikan solusi agar anak bisa berkembang secara optimal misal dalam hal komunikasi belajar, aktif secara social dengan teman sebaya, dan bisa meningkatkan kemampuan – kemampuan sesuai langkahnya sendiri, meningkatkan dan memfasilitasi proses ini dengan menyediakan lingkungan yang mendorong pertumbuhan dan pembelajaran.
Salah satu langkah bantuan  yang tepat bagi anak yang mengalami hambatan perkembangan misalnya layanan intervensi dini yang dapat di lakukan orangtua pada anak antara lain instruksi khusus, terapi wicara, fisioterapi, nutrisi, pendidikan keluarga, layanan penglihatan teknologi penunjang, layanan kesehatan, layanan perawatan, audiologi, layanan psikologi, layanan diagnosa medis, layanan orthopedagog dalam pendekatan didaktisnya. Layanan-layanan tersebut dapat dilakukan di rumah, pusat terapi, rumah sakit.da jalur formal, nonformal, dan informal.



D.     SIAPA YANG MELAKUKAN INTERVENSI?

Intervensi dilakukan oleh para ahli di bidangnya (guru PLB, psikolog, tenaga kesehatan,
pekerja sosial, dll.)

E.    SIAPA YANG HARUS DI INTERVENSI ?
Banyak yang perlu orangtua dan pendidik pahami bahwa masa perkembangan anak adalah sangat penting untuk dilakukan intervensi dini bukan hanya mendeteksi hambatan anak tapi hal apa saja yang telah anak capai perkembangannya. Beberapa layanan intervensi dini yang dapat dilakukan orangtua terhadap anaknya antara lain instruksi khusus, terapi wicara, fisioterapi, nutrisi, pendidikan keluarga, layanan penglihatan, teknologi penunjang, layanan kesehatan, layanan perawatan, audiologi, layanan psikologi, layanan diagnosa medis. Layanan-layanan tersebut dapat dilakukan di rumah, pusat terapi, rumah sakit
Yang harus diintervensi adalah anak yang  setelah diketahui memiliki penyimpangan tumbuh kembang. karena waktu terbaik adalah ketika anak belum berusia lima tahun, karena masa lima tahun pertama kehidupan anak (balita) merupakan “Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity), atau Masa Kritis (critical period)”, maka periode itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memperbaiki penyimpangan.
Untuk melakukan intervensi awal maka orangtua perlu berkonsultasi dengan tim inerveni dini yang ahli. Intervensi dini tersebut teridir dari dokter anak , psikiatri anak, pedaghogig, psikolog perkembangan anak , ahli nutrii, terapis dan bila dperlukan maka dokter neurology juga dokter rehabilitasi medi.  Para ahli tersebut bekerjasama dengan terapis wicara, terapis perilaku, terapis okupasi maupun orthopedagog dalam pendekatan didaktisnya, jika kemudian diketahui adanya permasalahan dalam perkembangan anak. Namun itu semua berpulang pada kondisi kebutuhan anak. Kegiatan pemberian perlakuan yang tersusun secara sistematis dan terstruktur dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dimulai dari pengumpulan data penilaian perkembangan anak, data selanjutnya diolah untuk melihat kedudukan anak dalam situasi perkembangan umum lalu orangtua atau pengasuh diberi pengarahan lalu pemberian metode intervensi dini bagi anak, pemberlakuan tindakan ini perlu dicermati agar berhasil.
F. SASARAN STIMULASI DAN INTERVENSI:
1.Kelompok toddler, yaitu anak usia 0-3 tahun; pre-schooler, yaitu usia 3-5 tahun yang
mengalami:
(1) Hambatan perkembangan permanen;
(2) Faktor Resiko; dan
(3) Keterlambatan perkembangan
Bagi anak yang mengalami hambatan perkembangan permanen porsi intervensinya lebih
banyak, sedangkan kelompok anak yang memiliki faktor resiko dan keterlambatan
perkembangan porsi stimulasinya lebih banyak.
2.Kelompok orangtua yang memiliki anak usia di bawah lima tahun yang mengalami
hambatan perkembangan. Bagi orang tua lebih pada intervensi.

G. LANGKAH-LANGKAH STIMULASI DAN INTERVENSI:

1.identifikasi dan asesmen;
2.mendengarkan penjelasan orangtua;
3.mendengarkan dan mengetahui hal-hal yang telah berhasil dilakukan
orangtua/keluarga;
4.membuat program;
5.melaksanakan program;
6.evaluasi dan feetback

H. MODEL-MODEL INTERVENSI:

1.Medical model: membantu hambatan perkembangan dengan alat medis;
2.Sosial Model: bentuk intervensi yang menciptakan dan merekayasa lingkungan untuk
membantu hambatan perkembangan yang dialami anak.
Sosial model ada dua:
a.behaviorisme, dan
b.konstruktivisme






1 komentar:

  1. terimakasih, sangat membantu saya dalam proses penulisan tugas akhir saya

    BalasHapus