STIMULASI
DAN INTERVENSI
ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun oleh
:
Galih adahri
41032102141016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB II
PENGERTIAN
STIMULASI DAN INTERVENSI
A. Pengertian stimulasi
B. Beberapa
teori yang erat kaitannya dengan
C. Pengertian intervesi
BAB III
PROGRAM,TUJUAN,MANFAAT,SIAPA
YANG MELAKUKAN INTERVENSI, SIAPA YANG DI INTERVENSI,SASARAN,LANGKAH DAN MODEL
STIMULASI DAN INTERVENSI
A. Program stimulasi
B. Tujuan intervensi
C. Manfaat intervensi
D. Siapa yang melakukan intervensi ?
E. Siapa yang harus diintervensi ?
F. Sasaran stimulasi dan intervensi
G. Langkah-langkang intervensi dan
stimulasi
H. Model-model intervensi
BAB IV
METODE
STIMULASI DAN INTERVENSI
A. Metode intervensi
B. Metode stimulasi
-
Karakteristik
metode stimulasi
-
Prosedur
-
Prasyarat
yang mengoptimalkan Pembelajaran Simulasi
-
Keunggulan
-
Kelemahan
C. Contoh
metode stimulasi
BAB V
KAITANNYA
DENGAN ILMU LAIN
A.
Kaitan stimulasi dengan model pembelajaran
1.
Pengertian Model Pembelajaran Simulasi
2.
Apa Saja Tujuan Model Pembelajaran Simulasi?
3. Apa saja
Prinsip dalam Proses Pelaksanaan Simulasi?
4.
Bagaimana
Kaitan Antara Simulasi dengan Model Pembelajaran ?
5.
Apa Saja Fungsi Model Pembelajaran Sosial ?
6. Bagaimana
Aplikasi/ Penerapan Model Pembelajaran Simulasi?
7.
Bagaimana Sintak (Prosedur/ langkah - Langkah) Pembelajaran Simulasi?
8. Apa Saja
Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Simulasi?
B. Hubungan
stimulasi dan intervensi dengan deteksi dini anak berkebutuhan khusus :
C.
Adapun kaitannya dengan anak usia dini
BAB VI
SIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR
BELAKANG
Tuhan
menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk begitu pula penciptaan Anak yang
sudah Tuhan lakukan, tak ada anak yang berbeda semuanya sama termasuk dengan
anak berkebutuhan khusus.
Pada umumnya
sebagian masyarakat terpaksa memilih sekolah umum karena terkait masalah biaya
dan ketidaktahuan informasi sebagian masyarakat awam tentang intervensi dan
Intervensi dini menjadi salah satu cara yang baiknya dilakukan orangtua pada
anak mereka yang mengalami masalah atau berkebutuhan khusus. Intervensi dini
biasanya dilakukan pada anak usia sekolah atau bisa juga dilakukan pada anak
yang lebih kecil usianya untuk dideteksi apakah mengalami resiko kondisi
perkembangan yang tidak sesuai usia atau berbagai kebutuhan khusus lainnya.
Sehingga dapat memperbaiki masalah-masalah perkembangan yang ada dan
mengantisipasi (sifatnya preventif). Sikap peka orangtua sangat penting
dalam mengindetifikasi permasalahan sejak dini pada anak untuk memebangun
kualitas perkembangan yang maksimal. Intervensi dini perlu dilakukan pad anak
yang mengalami maasalah perkembangan. berguna meningkatkan perkembangan anak
sehingga ketika anak mengalami masalah maka resiko kesempatan belajar tidak
terjadi dengan kata lain, anak jadi lebih dapat fokus menerima pelajaran (
prestasi akademik membaik), kemampuan social dan bersosialisasi di masyarakat
dan sekolah meningkat.
Dalam
kehidupan sehari- kita sering di hadapkan pada persoalan tentang
hambatan dan perkembangan anak , karena setiap anak di ciptakan dengan
unik. Terkadang banyak hal yang tidak di ketahui oleh orang tua tentang
perkembangan anak mereka sehingga di perlukan penanganan khusus sejak dini.
Makna
perkembangan pada seorang anak adalah terjadinya perubahan yang besifat terus
nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih komleks dan
lebih berdiferensiasi (Berk, 2003). Jadi berbicara soal perkembangan anak yang
dibicarakan adalah perubahan. Pertanyaannya adalah perubahan apa saja yang terjadi
pada diri seorang anak dalam proses perkembangan . Perkembangan anak penting
dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak
akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.
Dewasa ini
upaya – upaya membantu anak yang mengalami hambatan perkembangan telah
mengalami pergeseran makna , pemerintah mulai menggalakan program pendidikan
usia dini atau pada masa sebelum sekolah merupakan periode sampai usia 5 tahun
(balita). Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang perlu perhatian,
karena awal kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan.
Berbeda dengan otak orang dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak
ini mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya, otak balita lebih
terbuka untuk belajar dan diperkaya. Sedangkan sisi negatifnya, otak balita
lebih peka terhadap lingkungan, terutama lingkungan yang tidak mendukung,
termasuk kemiskinan dan stimulasi yang kurang. Sehingga masa ini disebut juga
sebagai masa keemasan (golden period), jendela kesempatan (window of
oppoturnity), atau masa kritis (critical period). Pada masa emas ini
lah banyak stimulus yang dapat dengan cepat di respon anak.
-
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan
dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pa Intervensi dini
Intervensi
dini menjadi salah satu cara yang baiknya dilakukan orangtua pada anak mereka
yang mengalami masalah atau berkebutuhan khusus. Intervensi dini biasanya
dilakukan pada anak usia sekolah atau bisa juga dilakukan pada anak yang lebih
kecil usianya untuk dideteksi apakah mengalami resiko kondisi perkembangan yang
tidak sesuai usia atau berbagai kebutuhan khusus lainnya.
B.TUJUAN
Tujan pembuatan buku ini yaitu selain untuk memenuhi kebutuhan tugas yang
di berikan dosen,buku ini juga agar dapat memeberikan pemahaman tentang
stimulasi dan intervensi ABK bagi mahasiswa pendidkan luar biasa khususnya,
agar dalam proses pemberian materi ajar bagi siswa dapat di respon dengan baik
oleh siswa karena sebelumnya kita telah mempelajarimemahami/menguasai materi
stimulsi bagi pembelajaran siswa .
BAB II
PENGERTIAN
STIMULASI DAN INTERVENSI :
A. STIMULASI
-
Menurut kamus psikologi, stimulasi=perangsang,
pendorong, rangsangan (Kartini Kartono,Dali Gulo, 2000:486).
-
stimulus
adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menjelaskan suatu hal yang
merangsang terjadinya respon tertentu.
Rangsang merupakan informasi yang dapat diindera oleh panca indera.
-
Teori
Behaviorisme menggunakan istilah rangsang yang dipasangkan dengan respon dalam menjelaskan proses terbentuknya tingkah laku . Rangsang adalah suatu hal
yang datang dari lingkungan yang dapat menyebabkan respon tertentu pada tingkah
laku. Jika rangsang dan respon dipasangkan atau dikondisikan
maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan
-
Stimulasi
adalah ransangan yang dapat mempengaruhi kemampuan pengetahuan anak dalam
mengembangkan aktivitas berfikir mengenai segala sesuatu yang dierap melalui
panca indera. Tujuannya agar dapat berfungsinya otak secara maksimal, karena
pada fase 5 tahun pertama (golden age) adalah fase peka dalam pembentukan
otak.
-
Dengan
memberikan stimulasi pada periode usia ini maka akan sangat mempengaruhi
wadah pengetahuan sehingga menjadikan anak memiliki kemampuan berfikir yang
luar biasa begitu pula sebaliknya. Orangtua dan pendidik dapat
memberikan stimulasi dengan berbagai macam cara baik secara alamiah dari
lingkungan sekitarmaupun di rekayasa seperti terapi behavioristik oleh Piaget .
prinsipnya untuk memberikan ransangan positif , bersifat variatif .
-
Stimulasi
secara alamiah dapat dilakukan anak dengan sendirinya ketika yang bersangkutan
mulai belajar segala sesuatu dari awal. Misalnya belajar berjalan, makan, atau
mencoba menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya.Adapun stimulasi lainnya
dapat direkayasa dengan memberikan rangsangan pada setiap inderanya. Misalnya,
merangsang penglihatan dengan memberikan warna yang cerah dan terang di dalam
kamar tidur atau pada mainannya. Sementara itu, untuk merangsang pendengaran,
dapat diberikan bunyi-bunyian berupa musik sejak bayi di dalam kandungan hingga
tumbuh menjadi anak.Dalam pemilihan musik, sebaiknya orang tua lebih bijak
karena musik bisa mempengaruhi IQ serta pembentukan karakter anak. Ada baiknya
sejak masih di dalam kandungan anak sudah diperkenalkan dengan musik
klasik.Sedangkan untuk indera perabaan, kain yang mempunyai tingkat kekasaran
atau kelembutan yang bervariasi dapat dijadikan media stimulasi. Semua
stimulasi tersebut dapat mengembangkan dan memperluas otak anak sebagai wadah
kognitif bagi mereka sehingga dapat tumbuh menjadi individu yang cerdas.Peran
orang tua sangat menentukan dalam tumbuh kembang anak. Selain itu, agar anak
tidak hanya cerdas dalam hal pengetahuan, pendidikan agama dan moral juga harus
distimulus sedari dini.
B. BEBERAPA TEORI YANG ERAT
KAITANNYA DENGAN STIMULASI :
1.Nativisme
Aliran
nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan)
yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa
sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Aliran nativisme ini, bertolak
dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa
aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata
dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya ; kalau ayahnya
pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
Para
penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan
pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan
ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan
ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri.
Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak
akan berguna untuk perkembangan anak sendiri dalam proses belajarnya.
Bagi
nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan
berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan
bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat,
sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik.
Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.
Tokoh utama
(pelopor) aliran nativisme adalah Arthur Schopenhaur (Jerman 1788-1860). Tokoh
lain seperti J.J. Rousseau seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis.
Kedua tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri
manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang
tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang
tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan
dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
2.Empirisme
Aliran
empirisme, bertentangan dengan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri
= pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi yang dibawa lahir
manusia. Dengan kata lain bahwa manusia itu lahir dalam keadaan suci, tidak
membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar
peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan.
Dalam teori
belajar mengajar, maka aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition
yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari
dunia sekitarnya berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam
bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh
perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke
(1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia
bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari
lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan
demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini, seorang pendidik memegang peranan
penting terhadap keberhasilan peserta didiknya.
Menurut
Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini berpandangan behavioral, karena
menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajiannya,
dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar
semata-mata. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan belajar peserta
didik menurut aliran empirisme ini, adalah lingkungan sekitarnya. Keberhasilan
ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak pendidik dalam mengajar mereka.
3.Konvergensi
Aliran
konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik
pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar
(bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting.
Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu,
yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk
perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat
saka tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan
tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakal
untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini
tidak akan menjadi menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak hidup dalam
lingkungan masyarakat manusia.
Perintis
aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan
bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia
disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Bakat yang dibawa anak sejak
kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang
sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi seorang anak yang memiliki otak yang
cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang mengarahkannya, maka
kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti bahwa dalam proses
belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang pendidik untuk
mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Ketika
aliran-aliran pendidikan, yakni nativisme, empirisme dan konvergensi, dikaitkan
dengan teori belajar mengajar kelihatan bahwa kedua aliran yang telah
disebutkan (nativisme-empirisme) mempunyai kelemahan. Adapun kelemahan
yang dimaksudkan adalah sifatnya yang ekslusif dengan cirinya ekstrim berat
sebelah. Sedangkan aliran yang terakhir (konvergensi) pada umumunya diterima
seara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang seorang
peserta didik dalam kegiatan belajarnya. Meskipun demikian, terdapat variasi
pendapat tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan
tumbuh-kembang itu.
Keberhasilan
teori belajar mengajar jika dikaitkan dengan aliran-aliran dalam pendidikan,
diketahui beberapa rumusan yang berbeda antara aliran yang satu dengan aliran
lainnya. Menurut aliran nativisme bahwa seorang peserta tidak dapat dipengaruhi
oleh lingkungan, sedangkan menurut aliran empirisme bahwa justru lingkungan
yang mempengaruhi peserta didik tersebut. Selanjutnya menurut aliran
konvergensi bahwa antara lingkungan dan bakat pada peserta didik yang terbawa
sejak lahir saling memengaruhi.
C. INTERVENSI:
-
Intervensi adalah upaya untuk mengubah perilaku,
pikiran, atau perasaan seseorang (Markam, 2003). dapat dilakukan oleh
profesional/ terapis bidang lain (tidak harus psikolog) Ã misal:
iklan.
-
Istilah intervensi secara umum adalah upaya untuk
merubah perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya
dilakukan oleh psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu
intervensi dalam konteks hubungan professional antara psikolog dan pasien
adalah psikoterapi. Makalah ini akan membahas gambaran umum mengenai
definsi psikoterapi, tujuan psikoterapi, bentuk-bentuk psikoterapi, dan
penegakan dalam psikoterapi.
-
Intervensi diartikan segala langkah dan tindakan yang
lebih baik dari cara-cara yang bersifat konvensional;sehngga kadang – kadang
hanya tampak sebagai prinsio – prinsip umum yang berlaku dalam berbagai
situasi,Smith et al (1976). Interveni dapat memperbaiki masalah-masalah
perkembangan yang ada dan mengantisipasi (sifatnya preventif). Intervensi bisa
dilakukan bila telah diadakan identifikasi. Untuk itu, perlu diadakan
observasi, dilakukan oleh beberapa profesional dari segala sisi disiplin ilmu –
untuk menentukan jenis intervensi yang akan dilaksanakan. Semua langkah
intervensi harus dilaksanakan konsisten, perlu waktu sehingga memerlukan
kesabaran dari orangtua. Apa pun intervensi yang telah disepakati, biasanya
memerlukan waktu dan perlu persiapan mental dari semua pihak. Konsistensi,
kesabaran dan berdoa adalah hal utama yang harus dimiliki dan dilakukan
orangtua sebagai faktor utama keberhasilan intervensi.
-
Menurut
penulis , Intervensi dini adalah menelaah hambatan atau perkembangan anak pada
usia dini, antara 0-2 tahun. Meneliti sejauh mana perkembangan anak ini masih
masuk dalam kategori normal atau diluar dari yang normal. Secara psikologi,
patokannya dapat dilihat dari bagaimana anak berinteraksi dengan orangtua, anak
cepat tanggap merespon pada instruksi yang diberikan oleh orangtua. Juga dapat
dilihat, apakah anak aman atau tidak, anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya
dan sejauh mana perkembangan pertumbuhan anak. Identifikasi dan intervensi
sangat penting dalam hal membantu meningkatkan dan mempertahankan kehidupannya.
Setiap anak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
namun itupun di sesusaikan dengan kondisi phsikisnya
-
Intervensi :
Campur tangan, yaitu campur tangan kepada fihak lain dengan tujuan
tertentu.Penanganan/layanan terhadap anak yang mengalami resiko hambatan
perkembangan dalamaspek motorik, komunikasi dan bahasa, sosial emosi, kognisi,
dan persepsi-sensori.
-
Intervensi lebih ditekankan kepada anak yang mengalami
hambatan perkembangan merupakan upaya/bantuan yang diberikan kepada anak yang
mengalami hambatan perkembangan(ABK).
-
Intervensi dini: Program pembelajaran/latihan yang dilakukan
terhadap anak usia lima tahun ke bawah, yangdiduga mengalami
resiko hambatan perkembangan (disability).
-
Intervensi klinis merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan klinisi untuk mengubah perilaku atau keadaan sosial dengan sengaja
sesuai tujuan yang dikehendaki (Nietzel, 1998). Bentuk intervensi klinis:
psikoterapi, rehabilitasi psikososial, & preventif.
Ada beberapa
bentuk intervensi klinis :
1.
REHABILITASI PSIKOSOSIAL
a.
Alternatif
intervensi yang berusaha memberikan informasi bagi keluarga/ pasien mengenai
masalah/ gangguan yang dialami; membantu pasien memahami, mengurangi/ mencegah
munculnya masalah terkait dengan situasi sosial; atau membantu pasien
menormalkan/ mengoptimalkan kembali kualitas hidup mereka terutam di lingkungan
sosial.
b. Contoh
rehabilitasi psikososial:
Melatihkan coping stress pada mantan pecandu
narkoba; terapi okupasi pada penderita skizofrenia residual; melatihkan pada
keluarga penderita skizofrenia mengenali simtom psikotik.
2.
INTERVENSI PREVENTIF
Caplan
(1964), membagi level (3) pencegahan pada masalah kesehatan mental:
a. Pencegahan Tersier
Usaha mencegah konsekuensi
jangka panjang ataupun jangka pendek dari keparahan gangguan yang dialami
penderita. Rehabilitasi psikososial à salah satu contohnya.
b. Pencegahan Sekunder
Usaha pencegahan pada kelompok
individu beresiko (high risk population). Level ini akan efektif
apabila: menangani faktor pengetahuan pada kelompok resiko tertinggi pada
gangguan secara spesifik; penanganan pada kelompok beresiko yang paling mudah
dijangkau.
Tujuan: memberikan pengetahuan kepada kelompok
beresiko, screening awal, imunisasi/ vaksinasi.
Misal: pembinaan reproduksi
sehat pada calon TKW, imunisasi polio pada balita.
c. Pencegahan Primer
Usaha yang dilakukan untuk mengurangi/ membatasi laju
timbulnya gangguan dengan melakukan modifikasi lingkungan atau memperkuat
individu agar terhindar menjadi resiko tinggi. Subjeknya komunitas umum.
Tujuan: Melawan faktor resiko (counteracting
risk facto
Memperkuat faktor pengaman (reinforcing protective
factor)
Misal: Konseling pra-nikah, penyuluhan anti-flu
burung. (Coie, dkk, 1993).
Lima metode dalam level pencegahan primer :
1) Meningkatkan
kelekatan yang aman & mengurangi kekerasan dalam rumah tangga.
2) Mengajarkan
keterampilan kognitif & sosial.
3) Merubah
lingkungan menjadi lebih mendukung berkembangnya perilaku adaptif.
4) Meningkatkan
keterampilan dalam mengelola stres
5) Mempromosikan
pemberdayaan kelompok masyarakat, dengan membantu masyarakat mengendalikan
& mengurangi resiko berkembangnya gangguan mental (perubahan sosial)
Misal: mengatasi kemiskinan, mengatasi bayi lahir
dengan cacat fisik, memberikan kesempatan yang sama bagi etnis minoritas.
3.
PSIKOTERAPI
Psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan
(treatmen) terhadap permasalahan yang sifatnya emosional, dimana seorang
terapis secara sengaja membina hubungan profesional dengan klien, dengan tujuan
menghilangkan, mengubah, atau memperlambat simtom untuk menghilangkan pola
perilaku terganggu, serta meningkatkan perkembangan pribadi ke arah yang
positif (Frank, dalam Nietzel, 1998).
a.
Tujuan Psikoterapi
Tujuan umum suatu aktifitas psikoterapi adalah
untuk melakukan perubahan positif terhadap klien atas gangguan yang dialaminya.
Tujuan psikoterapi dari berbagai pendekatan, menurut Ivey, dkk (1987) dan Corey
(1989)Piskoterapi Psikodinamika menurut Ivey membuat suatu yang tidak sadar
menjadi sesuatu yang disadari. Merekonstruksi kepribadian terhadap kejadian
masa lalu dan menyusun kepribadian yang baru melalui konflik.
1. Psikoterapi
Rogerian menurut Corey klien dapat mengekplorasi diri dengan stimulus rasa aman
dan bebas sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan
mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya terhambat
2. Eksistensialis
Humanistic menurut Corey adalah membantu seseorang untuk mengetahui
kebebasannya dan menyadari kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki untuk
merangsang mereka terhadap kejadian-kejadian yang terjadi pada mereka
sebelumnya.
3. Behavioristik
menurut Ivey upaya untuk menghilangkan kesalahan dalam berperilaku dan
menggantinya dengan perilaku yang lebih sesuai.
4. Gestalt
menurut Ivey bertujuan agar seseorang lebih menyadari kehidupannya dan
bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
5. Terapi
Realitas menurut Corey membantu seseorang agar lebih efektif dalam
memenuhi kebutuhannya serta mampu untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan
memeriksa seberapa jauh tindakannya berhasil
b.
Bentuk
Psikoterapi
Model – model terapi berdasarkan
subyek
1. Terapi
kelompok, menentukan pentingnya hubungan interpersonal dan asumsi bahwa
ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri, faktor-faktor yang ada dalam
terapi kelompok: sharing informasi baru, membangkitkan harapan, universalisme,
altruism, belajar secara interpersonal, recapitulation of the primary family,
kohesivitas kelompok
2. Terapi
perkawinan, memfokuskan pada hubungan interpersonal yang dialami oleh suami istri.
3. Terapi
keluarga, diikuti oleh semua anggota keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan
fungsi keluarga itu sendiri dan fungsi individual angaota-anggotanya, meliputi
prinsip:
a.
Cicural
causality, situasi berhubungan dan tergantung satu sama lain
b. Ekologi,
system hanya dapat dipahami sebagai pola yang terintegrasi, bukan bagian-bagian
dari komponen.
c.
Subyektifitas,
tidak ada pandangan yang obyektifitas atas situasi, hanya persepsi subyektif
yang disaring oleh pengalaman individu
Berdasarkan fungsinya:
a.
Prevensi,
usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, missal : konseling
perkawinan, relaksasi untuk kelompok yang mudah stress
b. Kurasi,
usaha yang dilakukan untuk tujuan penyembuhan, missal : terapi untuk orang yang
mengalami phobia.
c.
Promosi,
usaha yang diberikan untuk meningkatkan kondisi yang mungkin sudah baik, missal
: penerapan HBM
kesimpulan
dari intervensi klinis yaitu :
Intervensi Psikologi Klinis adalah upaya untuk merubah
perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya dilakukan oleh
psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu intervensi dalam
konteks hubungan professional antara psikolog dan pasien adalah
psikoterapi. Bentuk-bentuk intervensi klinis diantaranya adalah
rehabilitasi psikososial,intervensi preventif dan psikoterapi.
Dalam Psikoterapi terdapat tiga pendekatan utama yaitu
psikodinamika,pendekatan Behavior dan
cognitive Behavior ,dan terakhir
adalah Psikoterapi Humanistik-Eksistensial, yang berbeda dalam konsep mengenai
perkembangan kepribadian dan psikopatologi . Alur umun dalam Intervensi
Psikologi Klinis meliputi pertemuan awal,assessment,tujuan dari
intervensi,implementasi terapi,pelaksanan,dan evaluasi.
BAB III
PROGRAM,TUJUAN,MANFAAT,SIAPA YANG MELAKUKAN
INTERVENSI, SIAPA YANG DI INTERVENSI,SASARAN,LANGKAH DAN MODEL STIMULASI DAN
INTERVENSI
A.
PROGRAM STIMULASI:
Program yang diberikan kepada anak atau kelompok anak, baik yang diduga
mengalami
resiko hambatan perkembangan maupun yang tidak mengalami resiko hambatan
(disability).
B.
TUJUAN INTERVENSI DINI:
Meningkatkan dan mengoptimalkan perkembangan anak yang mengalami hambatan;
Memberikan dukungan dan bantuan kepada orangtua dan keluarga;
Memaksimalkan peran keluarga dan atau orangtua dalam melayani dan menangani
anaknya
yang mengalami hambatan dalam perkembangan.
C. MANFAAT INTERVENSI
Manfaat
intervensi dini sangat penting karena pendidik mampu menyesuaikan dengan
kebutuhan anak secara individual. Intervensi dan pendidikan memberikan solusi
agar anak bisa berkembang secara optimal misal dalam hal komunikasi belajar,
aktif secara social dengan teman sebaya, dan bisa meningkatkan kemampuan –
kemampuan sesuai langkahnya sendiri, meningkatkan dan memfasilitasi proses ini
dengan menyediakan lingkungan yang mendorong pertumbuhan dan pembelajaran.
Salah satu
langkah bantuan yang tepat bagi anak yang mengalami hambatan perkembangan
misalnya layanan intervensi dini yang dapat di lakukan orangtua pada anak
antara lain instruksi khusus, terapi wicara, fisioterapi, nutrisi, pendidikan
keluarga, layanan penglihatan teknologi penunjang, layanan kesehatan, layanan
perawatan, audiologi, layanan psikologi, layanan diagnosa medis, layanan
orthopedagog dalam pendekatan didaktisnya. Layanan-layanan tersebut dapat
dilakukan di rumah, pusat terapi, rumah sakit.da jalur formal, nonformal, dan
informal.
D.
SIAPA YANG MELAKUKAN INTERVENSI?
Intervensi dilakukan oleh para ahli di bidangnya (guru PLB, psikolog,
tenaga kesehatan,
pekerja sosial,
dll.)
E. SIAPA YANG
HARUS DI INTERVENSI ?
Banyak yang
perlu orangtua dan pendidik pahami bahwa masa perkembangan anak adalah sangat
penting untuk dilakukan intervensi dini bukan hanya mendeteksi hambatan anak
tapi hal apa saja yang telah anak capai perkembangannya. Beberapa layanan
intervensi dini yang dapat dilakukan orangtua terhadap anaknya antara lain
instruksi khusus, terapi wicara, fisioterapi, nutrisi, pendidikan keluarga,
layanan penglihatan, teknologi penunjang, layanan kesehatan, layanan perawatan,
audiologi, layanan psikologi, layanan diagnosa medis. Layanan-layanan tersebut
dapat dilakukan di rumah, pusat terapi, rumah sakit
Yang harus
diintervensi adalah anak yang setelah diketahui memiliki penyimpangan
tumbuh kembang. karena waktu terbaik adalah ketika anak belum berusia lima
tahun, karena masa lima tahun pertama kehidupan anak (balita) merupakan “Masa
Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity),
atau Masa Kritis (critical period)”, maka periode itu harus dimanfaatkan
sebaik mungkin untuk memperbaiki penyimpangan.
Untuk
melakukan intervensi awal maka orangtua perlu berkonsultasi dengan tim inerveni
dini yang ahli. Intervensi dini tersebut teridir dari dokter anak , psikiatri
anak, pedaghogig, psikolog perkembangan anak , ahli nutrii, terapis dan bila
dperlukan maka dokter neurology juga dokter rehabilitasi medi. Para ahli
tersebut bekerjasama dengan terapis wicara, terapis perilaku, terapis okupasi
maupun orthopedagog dalam pendekatan didaktisnya, jika kemudian diketahui
adanya permasalahan dalam perkembangan anak. Namun itu semua berpulang pada
kondisi kebutuhan anak. Kegiatan pemberian perlakuan yang tersusun secara
sistematis dan terstruktur dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dimulai dari
pengumpulan data penilaian perkembangan anak, data selanjutnya diolah untuk
melihat kedudukan anak dalam situasi perkembangan umum lalu orangtua atau
pengasuh diberi pengarahan lalu pemberian metode intervensi dini bagi anak,
pemberlakuan tindakan ini perlu dicermati agar berhasil.
F. SASARAN
STIMULASI DAN INTERVENSI:
1.Kelompok
toddler, yaitu anak usia 0-3 tahun; pre-schooler, yaitu usia 3-5 tahun yang
mengalami:
(1) Hambatan perkembangan permanen;
(2) Faktor Resiko; dan
(3) Keterlambatan perkembangan
Bagi anak yang mengalami hambatan perkembangan permanen porsi intervensinya
lebih
banyak, sedangkan kelompok anak yang memiliki faktor resiko dan
keterlambatan
perkembangan porsi stimulasinya lebih banyak.
2.Kelompok orangtua yang memiliki anak usia di bawah lima tahun yang
mengalami
hambatan perkembangan. Bagi orang tua lebih pada intervensi.
G. LANGKAH-LANGKAH STIMULASI DAN INTERVENSI:
1.identifikasi dan asesmen;
2.mendengarkan penjelasan orangtua;
3.mendengarkan dan mengetahui hal-hal yang telah berhasil dilakukan
orangtua/keluarga;
4.membuat program;
5.melaksanakan program;
H. MODEL-MODEL INTERVENSI:
1.Medical model: membantu hambatan perkembangan dengan alat medis;
2.Sosial Model: bentuk intervensi yang menciptakan dan merekayasa lingkungan
untuk
membantu hambatan perkembangan yang dialami anak.
Sosial model ada dua:
a.behaviorisme, dan
b.konstruktivisme
terimakasih, sangat membantu saya dalam proses penulisan tugas akhir saya
BalasHapus